Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memperoleh pembelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh
bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang
pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah dan buku
tersebut berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1965. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu
konsep dasar bahwa tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih
dahulu melalui penginderaan.
Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat
memberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa
melalui semua indera, terutama indera pandang dan dengar. Media pembelajaran
mula-mula hanya dianggap sebagai alat bantu guru dalam kegiatan mengajar. Alat
bantu tersebut adalah alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau
benda nyata lain. Alat bantu tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengalaman
langsung, memotivasi serta mempertinggi daya serap peserta didik. Tetapi karena
terlalu memusatkan perhatian kepada alat bantu visual, sehingga kurang
memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran dan juga evaluasinya.
Sekitar abad ke-20, mulailah masuk pengaruh teknologi audio sehingga
pembelajaran mulai dilengkapi dengan peralatan audio. Dan pada pertengahan abad
ke-20, pemanfaatan alat visual mulai melengkapi dengan peralatan audio sehingga
dikenal dengan istilah audio visual. Dan pada akhir tahun 1950, teori
komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan
teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari
sumber pesan kepada penerima pesan.
Begitu pula dalam dunia pendidikan, alat audio visual ini bukan hanya dipandang
sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan
belajar. Tetapi pada masa itu, peserta didik yang merupakan komponen utama
dalam pembelajaran belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-1965,
para ahli mulai memperhatian peserta didik sebagai komponen utama dalam
pembelajaran. Pada masa itu juga ada teori yang mempengaruhi penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu teori Behaviorisme (teori tingkah laku) dari
BF. Skinner. Dan teori ini telah mendorong diciptakan media yang dapat mengubah
tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem mulai menampakan pengaruhnya dalam
dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya
media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Dan setiap program
pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian
kepada siswa.
Dan pada masa sekarang, perkembangan media sangat
pesat, semakin banyak tokoh-tokoh pendidikan yang mempelopori media, sehingga
semakin banyak pula alat-alat yang tercipta untuk membantu pembelajaran.
[1]I. A.
Darmawan, Sejarah Perkembangan Media Pembelajaran, Online: http://gladie-kun.blogspot.com/2009/10/media-pembelajaran-ict.html, diakses Oktober 2009
No comments:
Post a Comment